Selasa, 25 Oktober 2011
Ternyata kita berbeda ....
Mendatangi reuni tentu saja menyenangkan. Bertemu teman yang mungkin sejak lulus sudah tidak berjumpa lagi. Itu mungkin sudah tahunan bahkan puluhan tahun lalu. Padahal mereka teman akrab atau teman sebangku kita.
Kita pandangi mereka. Ada yang berubah. Ada yang tidak, cuma lebih tua. Dulu yang kurus sekarang gemuk. Dulu tampak dekil, sekarang klimis bergaya metroseksual. Dulu tampak pemalu sekarang begitu pede. Semua begitu beraneka.
Anda tersenyum dalam hati, mereka adalah teman berbagi suka dan duka. Mungkin pernah dihukum bareng karena terlambat dan ketahuan memanjat pagar sekolah. Atau sama-sama jatuh cinta pada seorang primadona sekolah. Melekan bareng karena harus mengerjakan tugas kelompok.
Anda tanyakan kabar sekarang. Ada yang jadi PNS, tentara, dokter, pengusaha bahkan ustadz. Kadang hal itu sudah bisa ditebak waktu sekolah. Karena memang anda tahu cita-citanya. Atau memang sikap dan perawakannya. Tapi kadang anda geleng-geleng kepala. Tak percaya. Bagaimana dia dulu pemalu dan pendiam, sekarang anggota DPR yang pintar bersilat lidah.
Diam-diam mungkin anda iri pada seorang teman. Bagaimana mungkin sekarang dia begitu kaya, karena anda tahu dia datang dengan mobil mewah dan HP berharga mahal. Bagaimana mungkin dia bisa berprofesi seperti itu. Padahal anda tahu dulu dia bodoh. Bahkan sering nyontek anda. Anda geleng-geleng kepala bagaimana nasibnya begitu berubah drastis.
Tapi seharusnya anda jangan cemburu dulu. Jangan iri dulu. Mintalah emailnya. Ketahui Facebook profilnya. Tanyakan nomor kontaknya. Bertukar kartu nama.
Nikmati saja reuninya dulu. Bercengkerama, bertukar cerita masa lalu. Tanyakan orang-orang yang pernah dekat dengannya yang anda ketahui; kakaknya yang menjengkelkan, tetangganya yang selalu ingin tahu, pacar lamanya, orang tuanya dan lainnya. Tanyakan kabar terbaru; anaknya berapa, tinggal dimana dan seterusnya.
Setelah selang sehari-dua hari reuni berlalu, kirimlah message Facebook. Atau kirim email. Kalau tak punya kirim SMS. Tapi yang lebih baik, telpon langsung dia. Tanyakan lebih detil dan pribadi, bagaimana mereka bisa seperti itu. Tentu saja anda bisa bertukar kabar dahulu dan mungkin berbasa-basi dulu.
Kerap anda akan mendapat jawaban yang tak terduga. Sesuatu yang mungkin kontradiksi saat reuni. Karena bisa saja mereka 'berkamuflase' saat reuni.
Misal: dia harus berjuang untuk meraih jabatan seperti itu. Menempuh sekolah yang berbeda, karena dia tidak diterima di pilihannya. Harus nge-kost dengan gaya hidup yang prihatin.
Atau teman lain mungkin akan cerita sebelum kaya seperti ini, mereka harus jatuh bangun dengan berbagai usaha. Untuk bisa seperti ini, ternyata tak mudah. Bahkan dia harus sempat jadi gelandangan.
Banyak cerita-cerita yang akan anda dapatkan. Begitu beragam. Kadang mulus bak jalan tol. Kadang harus berliku, naik turun seperti jalan mendaki pegunungan.
Bila ada yang positif, jadikan pelajaran. Jadikan contoh atau panutan. Seperti bila anda suka menulis, dan bertemu teman reuni yang berhasil menelurkan buku, tanyakan rahasianya. Bersyukurlah dan beruntunglah anda memiliki teman seperti mereka. Karena anda juga bisa sukses, karena ada yang mengajari minimal memberitahu bagaimana caranya.
Bila ada cerita yang gagal, jadikan hikmah. Kenapa bisa seperti itu. Jangan sampai anda mengulangi khususnya jalan hidup anak anda. Bersyukurlah dan beruntunglah anda karena sudah mengalami jalan hidup yang seperti ini. Mungkin sebelumnya anda merasa putus asa atau kecewa dengan hidup anda. Sekarang anda sadar bahwa ada yang lebih 'parah' dengan anda. Mengapa harus protes kepada Tuhan?
Sekarang, bila ada undangan reuni, datanglah dengan semangat. Jangan malu dan ragu untuk mengunjunginya. Siapkan kartu nama anda sebanyak-banyaknya. Apapun yang terjadi bisa jadi hal positif bagi kita. Setujukah anda?
*Sumber : Mochamad Yusuf
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar